
Jakarta (14/01) — Pengoperasian perdana Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat, telah diresmikan akhir tahun 2020. Pelabuhan ini mulai dibangun pada tahun 2019 dan diprediksi selesai pada 2027. Total investasi yang dibutuhkan hingga selesai mencapai Rp 50 triliun.
Pelabuhan Patimban diproyeksikan sebagai alternatif dari Pelabuhan Tanjung Priok yang kapasitas angkutnya sudah begitu padat. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pelabuhan ini dapat digunakan oleh industri di sekitar Cikarang-Cibitung-Karawang hingga Cikampek.
Posisi yang terletak diantara Bandara Kertajati dan kawasan industri Karawang dan Purwakarta membuat Patimban disebut-sebut strategis dan menjadi titik penting dalam pembangunan kawasan dan kota pelabuhan di Jawa Barat.
Disanalah diproyeksikan menjadi cikal bakal kawasan regional metropolitan Rebana yang terdiri dari 13 kota industri baru.
Legislator Fraksi PKS di Komisi V DPR RI, Sigit Sosiantomo mewanti-wanti kepada Pemerintah agar pembangunan jalan akses menuju pelabuhan tersebut menjadi prioritas pada pelaksanaan anggaran belanja tahun ini. Jika akses menuju lokasi pelabuhan masih terbatas maka bisa jadi angkutan petikemas yang diharapkan berpindah memilih pelabuhan yang baru tidak tercapai.
“Karena diproyeksikan sebagai alternatif dari Pelabuhan Tanjung Priok, sudah semestinya akses dari kawasan industri di Cibitung-Cikarang-Karawang dipermudah. Dengan kendaraan penumpang saja, saat ini misalnya dari Kawasan Industri EJIP di Cikarang menuju Pelabuhan Tanjung Priok jarak tempuh perjalanan darat sekitar 50 km dengan waktu tempuh sekitar 70 menit. Sementara, dari lokasi yang sama menuju Pelabuhan Patimban jarak tempuhnya 108 km atau lebih dari dua kali lipat dengan waktu tempuh sekitar 130 menit atau hampir dua kali lipat”, analisa Sigit.
Rute jalan menuju Pelabuhan Patimban saat ini jika dari Cikarang yang paling cepat adalah melewati jalan tol Jakarta – Cikampek keluar di Cikampek. Selanjutnya menyusuri jalan nasional legendaris Cikampek-Ciasem-Pamanukan.
Di jalur pantura sepanjang 50 km ini tentunya kendaraan petikemas terpaksa harus bercampur dengan lalu lintas lokal berupa sepeda motor, becak dan lainnya. Dari jalan nasional pantura tersebut untuk sampai ke Pelabuhan Patimban melaui jalan akses sekitar 8 km lagi.
Sigit khawatir pengalaman buruk pada Bandara Kertajati yang sepi, akan terulang lagi jika jalan akses masih terbatas. Sebagaimana diketahui, akses jalan menuju Bandara Kertajati masih terbatas.
Jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) hingga saat ini belum juga kelar. Wajarlah jika warga dari Bandung dan sekitarnya enggan memilih Bandara Kertajati.
“Bandara Kertajati kan sudah beroperasi sejak Mei 2018. Setelah selesai pembangunannya, konon akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun. Namun berdasarkan data AP II, jumlah penumpang di Bandara Kertajati sepanjang tahun 2019 baru 519.287 penumpang. Penyebab sepi salah satunya kan akses menuju lokasi yang masih terbatas, jalan tol Cisumdawu belum juga tuntas”, pungkasnya.
Sumber: Fraksi PKS DPR RI