DPR RI

Catatan Redaksi : Memalukan, Wacanakan Presiden Tiga Periode Kala Pandemi Berkecamuk

“Belanda masih jauh” sebuah ungkapan yang mampu menggambarkan kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Terlalu pagi, tidak tepat momentnya dan tak pantas.

Anehnya wacana presiden tiga periode menyeruak di kala pandemi makin parah, sebab utamanya karena manajemen pengendalian wabah yang buruk. Fixed luka nalar telah terjadi secara paripurna.

Pihak yang mengusung wacana ini harusnya malu dan menyimpan sedikit empati; bahwa hari ini Rumah Sakit penuh, taman pemakaman umum sesak, tenaga medis kelelahan dan orang terpapar masif. Syahwat kuasa memang telah membutakan mata hati.

Dalam sebuah laporan investigasi media disampaikan ide wacana (kasak kusuk) tiga periode ini datang dari istana, tempat yang harusnya menjadi singgasana penjaga nalar. Tempat amanah ditunaikan untuk mensejahterakan dan memberi rasa aman.

jika benar wacana ini menjadi kenyataan, bukan saja melanggar konstitusi tapi juga mengkhianati cita-cita reformasi. Kita seperti membiarkan penumpang gelap membajak kapal demokrasi. bukan hanya oleng, namun juga membuat kebocoran yang menenggelamkan cita-cita bangsa.

Disaat belahan bumi lain berlomba – lomba mendeklarasikan membuka masker, karena keberhasilan vaksinasi dan protokol kesehatan. Disini malah masker harus digunakan dua lapis, akibat program vaksinasi yang terlampau rijit, penuh kontroversi dan seremoni. Ditambah dengan kebijakan yang mudah berganti, pragmatis dan politis.

Covid semakin hari dijadikan komoditas; seakan dinegosiasikan dan di uji tawar. Basis ilmiah sudah lama ditinggalkan, tawaran para epidemolog diabaikan. Kita menjalani new normal dalam kondisi wabah berkecamuk. Covid telah dijadikan alasan dan diabaikan untuk sebuah kepentingan. Terlalu banyak program yang tidak menyentuh persoalan wabah seperti UU Cipta Kerja, Ibu kota negara (IKN) baru, RUU KUP yang didalamnya ada PPN sembako, usulan Tax Amnesty jilid II dan lain sebagainya. Bukti tidak jelas ujung dan pangkal.

Tengok saja jika sebuah regulasi di desak hanya untuk alasan kepentingan semata, pada akhirnya ditingkat realisasi terjadi kedodoran; insentif nakes terlambat, hutang negara menumpuk, bansos yang dikorupsi, kebijakan penyekatan tak efektif dan lain sebagainya. Alarm sudah berbunyi sangat kencang, tak terdengarkah?

Mari bergandengan tangan dengan cara yang benar, kadang kita harus menggenggam erat agar tidak terjatuh. Diantaranya dengan lapang terima kritikan, masukan yang berbeda dan saran pahit sekalipun. Bukan malah bergandengan tangan dengan mendorong dan mengembuskan angin halus pada langkah yang salah.

Jiwa yang terpapar tak boleh hanya dilihat sebagai angka dan statistik, karena sesungguhnya setiap nyawa berharga maka negara harus jadi pembela paling utama. Hadirkan rasa aman dan ciptakan ruang bersama untuk saling membantu. Bukan justru menegasikan dan mengambil manfaat.



Sumber: Fraksi PKS DPR RI