Jokowi Gaungkan Benci Produk Impor, Politisi PKS: Jangan Sampai Benci Tapi Cinta

Jakarta (06/03) — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai produk-produk Indonesia saat membuka Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (4/3).

Bahkan dalam forum tersebut Jokowi menyampaikan, jika perlu digaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri.

Menanggapi hal tersebut Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS, Rafli mengatakan, Presiden Jokowi sudah seringkali menyatakan ajakannya kepada masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.

“Akan tetapi ajakan tersebut berbanding terbalik dengan sikap pemerintah yang terus membuka kran impor,” ungkap Rafli.

Rafli yang merupakan Anggota Legislatif asal Daerah Pemilihan (Dapil) Aceh I itu menambahkan pada saat Presiden Jokowi menyampaikan pidato di sidang tahunan MPR hari Jum’at, 14 Agustus 2020 saja Presiden Jokowi pernah mengatakan ‘Kita harus bangga terhadap produk Indonesia, kita harus membeli produk dalam negeri’.

“Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Jika kita lihat data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari – Oktober 2020 pemerintah melakukan impor beras sebesar 261,8 ribu ton atau setara dengan US$149,1 Miliar sementara impor bawang sebesar 403,6 ribu ton atau setara dengan US$395,6 Miliar,” terang Rafli.

“Jangan sampai apa yang digaungkan oleh Presiden Jokowi itu tidak diikuti oleh langkah kongkrit Pemerintah untuk menghentikan impor, nanti yang ada malah bilangnya benci tapi cinta karena masih terus impor. Hal tersebut tentunya akan merugikan industri tanah air khususnya industri kecil dan menengah.”, tutup Rafli

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor barang konsumsi sepanjang 2020 adalah US$ 14,66 miliar. Jauh dibandingkan barang modal (US$ 23,7 miliar) apalagi bahan baku/penolong (US$ 103,21 miliar).

Senada itu dalam lima tahun terakhir, impor barang konsumsi tumbuh rata-rata 6,88% per tahun. Jauh lebih cepat ketimbang pertumbuhan impor bahan baku/penolong (0,41%) dan barang modal (0,06%). Jadi ada kecenderungan di perekonomian Indonesia bahwa ada yang lebih suka jadi pedagang dan importir ketimbang industriawan.

Impor barang konsumsi terbesar adalah makanan dan minuman olahan. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan nilai impor produk tersebut pada 2020 adalah US$ 3,05 miliar.

Dibandingkan dengan 2019, seperti halnya pakaian jadi, memang terjadi penurunan 8,96%. Namun dalam lima tahun terakhir, rerata pertumbuhan impor produk ini adalah 2,34% per tahun.



Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال